Translate

Kamis, 24 Mei 2012

Wajah Demostrasi Mahasiswa Hari Ini

       Oleh Ismira Yanti

         Mahasiswa, organisasi, dan demontrasi merupakan paket lengkap pendukung rakyat yang masih  memegang peranan penting di negeri ini. Tak bisa dipungkiri, harapan akan kebenaran yang ditumpukkan dipundak mahasiswa sebagai kekuatan pengubah dan pembaru tak lepas dari peranan mahasiswa dalam setiap momen penting bangsa ini. Sejak masa kemerdekaan, Orde lama hingga Reformasi, gerakan mahasiswa senantiasa memberi ide persatuan nasional, sikap kritis terhadap kekuasaan yang menindas, dan keperpihakan yang tegas kepada kepentingan rakyat.
      Gerakan mahasiswa  yang dulu bersemangat, kini seperti kehilangan kekuatannya.Aksi demontrasi yang dilakukan untuk kepentingan rakyat, kini tak banyak digelar, walaupun digelar hanya segelintir mahasiswa yang mau ikut berpartisipasi. Hal ini,  karena krisis percaya diri dan tidak adanya kepercayaan masyarakat terhadap aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. Akibatnya, berbagai kebijakan publik yang semestinya mendapat kontrol ketat bisa lolos dengan relative mulus.Seperti kenaikan harga BBM , kenaian tunjangan anggota DPR serta pembangunan gedung mewah  para wakil rakyat. Sehingga harapan terhadap revitalitas peranan mahasiswa melalui organisasi kemahasiswaan tercermin dari ketidakpuasan masyarakat yang besar terhadap kiprah mahasiswa yang selalu dipandang anarki. Mantan Ketua MPR Amien Rais yang pernah menjadi ikon gerakan Reformasi 1998, dalam seminar mahasiswa akhir 2005, menilai, gerakan mahasiswa pascakejatuhan Soeharto telah berubah. Gerakan mahasiswa yang dulu bersemangat, kini seperti ”mati suri”. Aksi demonstrasi yang dilakukan untuk kepentingan rakyat tak banyak digelar, dan mahasiswa lebih banyak dibelenggu kemewahan hidup akibat kapitalisme (Kompas, 19-12-2005).Terlepas dari benar atau tidaknya sinyalemen Amien, pandangan yang sama agaknya kini juga dirasakan publik.
          Tak hanya di ibu kota, di daerah-daerahpun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap gerakan-gerakan yang dilakukan mahasiswa juga turut memperburuk citra pergerakan mahasiswa yang selama ini dipandang sebagai pihak pro rakyat. Hal ini, akibat aksi-aksi yang bertujuan memperjuangkan kepentingan rakyat selalu berakhir dengan ricuh dan anarkis.
         Di Sulawesi tengggara khususnya, juga perna terjadi aksi demontrasi yang anarkis pada tanggal 25 maret 2009. Demonstrasi tersebut berangkat  dari kepedulian para mahasiswa terhadap para pedagang kaki lima di kawasan lawata yang rencananya akan digusur. Aksi tersebut berawal  dari aksi demontrasi mahasiswa  dilakukan di depan kantor Walikota Kendari yang berakhir ricuh dan  berimbas pada aksi  penyerangan yang dilakukan oleh  aparat kepolisian ke  dalam kampus, Universitas Haluoleo dan merusak beberapa fasilitas kampus. Peristiwa tersebut ditandai sebagai awal- mula Kendari bergejolak dan diperingati sebagai Maret berdarah atau Unhalu berdarah.
       Sungguh ironis memang.Dua pihak yang memiliki peranan penting dalam masyarakat justru saling angkat senjata dan menyerang satu sama lain. Pihak mahasiswa yang dipandang memiliki wawasan dan pemikiran yang luas untuk menemukan solusi dan mengontrol jalannya kebijakan pemerintah  justru bersitegang dengan aparat kepolisian yang seharusnya  melindungi kepentingan rakyat dan menciptakan ketentraman.
         Aksi demonstrasi yang digerakkan oleh para aktivis-aktivis yang berlindung di bawah organisasi kemahasiswaan di kampus Unhalu tentu menyadari, aksi yang mereka lakukan berawal dari keberpihakan mereka terhadap kepentingan para pedagang kali lima di kawasan lawata  yang secara terang-terangan menolak usulan tersebut. Tetapi, kericuhan  yang ditengarai  akibat adanya provokasi dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang berusaha mengambil keuntungan dari peristiwa itu. Justru, berdampak pada rusaknya citra pergerakan mahasiswa  di mata rakyat. Tak hanya itu, diketahui bersama bahkan telah menjadi rahasia umum bahwa tak sedikit kelompok mahasiswa telah menggadaikan idealisme mahasiswanya dengan berunjuk rasa karena bayaran yang tidak seberapa atau karena kesal tak mendapat dana dari objek atau sasaran demo. Hal ini dibuktikan oleh  demonstrasi mahasiswa yang ada sekarang, hanya dalam skala atau lingkup massayang kecil. Aksi yang terjadi di wilayah Sulawesi Tenggara yang dimotori oleh aktivis-aktivis dari Universitas Haluoleo ini juga dalam kapasitas yang sangat kecil dan tidak bisa dikategorikan sebagai demostrasi. Mereka hanya terdiri dari beberapa mahasiswa saja yang turun ke jalan, menyuarakan aspirasi yang sama sekali tak diketahui apa yang diutarakan dan tidak didasarkan oleh data yang valid dan jelas..
            Seringnya  para mahasiswa melakukan aksi demonstrasi hanya berdasarkan kepada persepsi dan prasangka belaka.  Belum ada bukti yang sangat kuat tentang suatu pelanggaran oleh pejabat seperti yang mereka demokan.Bahkan, demonstrasi tersebut seperti pesanan dan kerjaan sampingan saja bagi para mahasiswa. Entahlah! Tetapi, hal yang menyedihkan dan mencemaskan adalah jika suara mereka tidak didengarkan, para demonstran  dengan mudah terpancing emosi. Jika sudah begitu, emosi atau amarahlah yang menguasai.Tindakan brutal dan pengrusakan pun dengan mudahnya dilakukan.Kita bisa berkesimpulan, benarkah yang melakukan hal itu,mahasiswa murni atau preman kampus yang merangkap menjadi mahasiswa? Tiada yang bisa memastikan !
Padahal, secara logika.Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang dianggap mempunyai tingkat intelektualitas yang tinggi.Bagaimana tidak, mereka berhasil melewati fase-fase sekolah dasar dan menengah.Agar dapat masuk kampus dan merasakan nikmatnya kuliah, mereka harus menempuh ujian-ujian tertentu, seperti UMPTN, SPMB, ataupun SNMPTN.Ujian-ujian tersebut tidak bisa ditaklukkan oleh sembarang orang.Jadi, mahasiswa memang insan pilihan. Pantas jika mahasiswa disebut sebagai agen perubahan karena dengan kualitas intelektual yang dimiliki, dapat mengubah kondisi pemerintahan,seperti era berakhirnya Orde baru dan tak sepantasnya melakukan aksi-aksi yang dapat meresahkan masyarakat
             Di sisi lain, Jika para aktivis dari organisasi kemahasiswaan  yang mewakili suara mahasiswa . Jika ditanya  mengapa aksi –aksi demontrasi yang dilakukan selalu berakhir ricuh. Tentu, mereka akan menjawab karena  tidak adanya perhatian dan tanggapan pihak pemerintah terhadap aspirasi yang mereka lakukan serta adanya pihak-pihak yang sengaja memprovokasi aksi-aksi yang mereka lakukan atau itu dilakukan oleh preman bukan mahasiswa . Tetapi, pihak aparat sendiri mengatakan bahwa demontrasi tersebut anarkis karena sejak awal demonstrasi tersebut sudah menyalahi aturan dan tatacara mengemukakan aspirasi yang baik. Citra buruk yang terlanjur melekat terhadap aksi- aksi demonstrasi mahasiswa yang dicap oleh masyarakat membuat para mahasiswa menjadi resah sebab kekuatan utama para mahasiswa adalah kepercayaan rakyat terhadap mahasiswa yang diharapkan membawa perubahan seperti yang  inginkan. Namun tak jarang pula aksi demonstrasi yang sempat ricuh berakhir dengan sukses. Yang tidak disadari menimbulkan rasa bangga rakyatSeperti  , aksi demonstrasi mahasiswa Tekhnik Unhalu pada tanggal 14 Maret 2011, yang menolak  dijadikannya Sultra sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Unjuk rasa mahasiswa yang menyandera mobil anggota DPRD Sultra itu sempat ricuh. Tetap karena aksi itulah akhirnya perwakilan mahasiswa diterima oleh Ketua DPRD Sultra, Rusman Emba“ Nanti akan ditidaklanjuti melalui rapat paripurna DPR” kata Rusman       
            Begitu pula, aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak retribusi pedagang kaki lima di pasar Korem Kendari yang terlalu tinggi. Aksi yang dilakukan bersama-sama dengan para pedagang tersebut berjalan dengan damai dan berakhir dengan diterima aspirasi para mahasiswa dan PKL pasar Korem.
         Inilah wajah demonstrasi mahasiswa hari ini .Demonstrasi  yang berada di bawah naungan organisasi kemahasiswaan, di satu pihak dikecam karena tindakannya yang anarkis dan di satu pihak lainnya didukung karena keberhasilannya. Yang semua berdampak pada citra pergerakan tersebut di mata rakyat.Namun, itulah demokrasi. Sebagai sebuah kekuatan politik, gerakan organisasi kemahasiswaan masih memiliki legitimasi moral yang kuat.Sayangnya, meskipun harapan tinggi masih diletakkan ke pundak mahasiswa, ada kecenderungan gerakan politik mahasiswa kian melempem dalam menanggapi berbagai permasalahan riil bangsa saat ini.Sehingga aksi demonstrasi yang dilakukan menimbulkan kericuhan dan anarkis.Namun, mahasiswa, organisasi kemahasiswaan dan demonstrasi adalah wujud adanya demokrasi yang dianut suatu negara yang masih memegang peranan penting.Dimana, rakyat masih memegang kendali penuh setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan dan mahasiswa sebagai pengontrol setiap kebijakan yang ada agar kembali ke jalur yang benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar